27 Oktober 2011

Penyebab Senjata TNI Tertinggal dengan Negara Lain


TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan saat inilah waktunya untuk mulai melakukan modernisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pertahanan Tanah Air. Apalagi kebutuhan utama yaitu anggaran dalam hal pertahanan akan meningkat secara signifikan ditahun-tahun mendatang.

"Telah jadi tekad dan keputusan saya sebagai presiden dan kebijakan nasional, dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya membangun postur pertahanan" kata SBY saat meninjau PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Rabu 26 Oktober 2011. " Dalam tiga tahun mendatang Indonesia akan menambah jumlah secara sigfinikan kekuatan Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Baik berupa alutsista yang modern maupun perangkat pendukungnya,"

Menurut SBY, ada tiga kendala utama yang membuat proses modernisasi TNI dan pertahanan INdonesia dalam kurun waktu 20 tahun ini berjalan lambat. Pertama, karena Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup berat. Kedua, karena krisis inilah ujungnya berpengaruh pada keuangan negara yang sangat terbatas.

"Ketiga, kita mengutamakan prioritas keperluan lain bagi rakyat kita sehingga TNI mengalah untuk pada saatnya baru melakukan modernisasi dan kekuatannya,"kata dia.

Karena itu, kata dia, wajar saja jika alat utama sistem persenjataan (alutsista) kita bisa dikatakan tertinggal dengan yang dimiliki oleh negara lain. Bahkan negara tetangga yang memiliki wilayah jauh lebih kecil dari Indonesia, dan ancaman terhadap negaranya jauh lebih kecil dari negara kita, bisa memiliki alutsista yang sebagian lebih modern, dan lebih banyak dari milik pemerintah Indonesia.

"Karena itu, pada saatnya jika sejalan dengan ekonomi Indonesia. Penerimaan APBN yang makin besar, perlu benar-benar melakukan modernisasi dan peningkatan kemampuan pertahanan kita,"ujarnya.

"Namun ini tidak berarti Indonesia ingin menghidupkan perlombaan persenjataan di kawasan ini, sama sekali tidak. Dunia dan kawasan Asia Tenggara juga tahu, bahwa Indonesia menjadi bagian penting yang membangun ASEAN Community," Ujarnya.

SBY pun mendukung penuh perusahaan milik negara seperti PT Dirgantara Indonesia yang terus menjalin kerja sama dengan pihak luar seperti Airbus Military dalam memproduksi alat-alat yang dibutuhkan untuk pertahanan negara seperti pesawat CN 295.

Menurut Direktur Utama PT DI Budi Santoso, setelah mengalami pasang surut bisnis, seluruh elemen di dalam PT DI semakin bersemangat untuk kembali membesarkan nama salah satu perusahaan yang pernah menjadi kebanggaan Indonesia itu.

"Bagai gayung bersambut, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk merevitilisasi industri pertahanan, yang salah satu perwujudannya adalah melakukan penyelamatan PT Dirgantara Indonesia dengan program restrukturisasi dan revitalisasi melalui PT Perusahaan Pengelola Aset," kata Budi Santoso.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...