N-250 Gatot Kaca (Airliners.net) |
PT Dirgantara Indonesia (PT DI), satu-satunya industri kedirgantaraan yang dimiliki oleh Indonesia, merayakan ulang tahun ke-35. Sebagai BUMN-IS yang pernah menjadi kebanggaan bangsa, PT DI terus menerus menghadapi permasalah internal dan permodalan, dan diperkirakan tahun ini akan tetap mengalami kerugian.
"Karena banyaknya keprihatinan dan permasalahan yang ada saat ini, kami membatalkan perayaan ulang tahun yang meriah seperti biasa kami adakan," kata Direktur Integrasi PT DI, Budiman Saleh.
Dibagain lain, ratusan penduduk setempat mengantri untuk membeli kebutuhan pokok makanan murah Rp 4.000 (47 sen Amerika) hasil subsidi perusahaan. Bersamaan dengan itu, pihak Asosiasi Pekerja PT DI (SPEDI) memperkarakan masalah pensiunan yang menerima dana pensiun lebih kecil dari hak mereka.
Ketua SPEDI Haribes Alinoe-dosa mengatakan, bahwa mereka baru saja memenangkan kasus di Pengadilan Hubungan Industrial yang diajukan oleh 13 pensiunan karyawa yang menerima dana pensiun berdasarkan perhitungan gaji tahun 1991, bukan standar gaji terbaru mereka.
Pada tahun 2 Agustus 2011, vonis pengadilan memerintahkan PT DI untuk membayar pensiun karyawan pensiun 'berdasarkan gaji terbaru mereka.
"Jumlah total yang dihutang oleh perusahaan sebesar Rp 6 miliar," kata Haribes, saat ini asosiasi juga sedang membantu 25 karyawan pensiunan PT DI dalam situasi yang sama, dan mungkin akan ada lebih banyak lagi.
Tuntutan lainnya, sepertiga dari gaji dari bulan Februari sampai Juli 2011 yang masih belum dibayar. Ini tidak termasuk uang yang terhutang oleh perusahaan untuk biaya rumah sakit dan apotek, yang menyebabkan karyawan ditolak fasilitas kesehatan yang sebelumnya gratis.
Tiga koperasi sumber dana bagi karyawan, telah menghentikan operasi karena total potongan sebesar Rp 4 miliar sampi dengan Rp 6 miliar sudah dipotong dari gaji karyawan dan belum dikembalikan oleh perusahaan. "Kami berharap pemerintah akan memberikan manajemen yang lebih baik sehingga perusahaan ini bisa diselamatkan," kata Haribes.
Direktur Aircraft-Service, Wuraskito Budi mengatakan, bahwa seperempat dari Rp 127 miliar, yang merupakan dana pemberian negara, akan dibayarkan kepada karyawan.
Sisanya, akan digunakan untuk membayar pemasok untuk mendapatkan suku cadang yang dibutuhkan dalam menyelesaikan dua unit pesanan CN-235 seri 100 untuk Korea Coast Guard (KCG), serta untuk Spirit Aero dan Airbus.
Budi mengatakan, bahwa Rp 3,2 triliun hutang kepada pemerintah adalah sumber utama masalah keuangan perusahaan. Pada tahun 2010, perusahaan yang mempekerjakan sekitar 3.600 karyawan, membukukan kerugian hampir Rp 126 miliar.
"Kami memperkirakan bahwa tahun ini kita akan menderita kerugian lebih lanjut hampir Rp 80 milyar, namun utang akan berkurang menjadi Rp 200 miliar," kata Budi.
Perhitungan ini, tidak termasuk kerugian yang disebabkan oleh denda keterlambatan pengiriman. Denda keterlambatan untuk pengiriman dua unit CN-235 KCG telah mencapai US $ 4 juta.
Dalam rangka untuk memulihkan keuangan perusahaan, saat ini lebih difokuskan pada proyek-proyek yang menguntungkan, seperti produksi N-219, pesawat yang dipesan oleh Departemen Perindustrian.
Budi juga mengatakan bahwa pemerintah adalah kunci utama kesuksesan dimasa depan dari PT DI, yang telah berhasil meluncurkan produk inovatif N-250, pesawat pertama di dunia yang menggunakan teknologi fly by wire pada 10 Agustus 1995, yang sekarang dirayakan sebagai hari kebangkitan teknologi nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar