Pindad SS1-V1 (Wikipedia) |
JAKARTA - Tim ekspedisi Bukit Barisan yang baru saja selesai menunaikan misnya tak hanya menemukan flora dan fauna baru. Tim yang terdiri dari 787 prajurit, pecinta alam, dan relawan itu juga melakukan uji coba persenjataan. Tentu, senjata yang digunakan buatan Indonesia.
"Uji senjata dilakukan oleh personel dari Kopassus dengan sengaja tidak membersihkan senjata selama satu bulan selama di pedalaman hutan," ujar Kadispen TNI AD Brigjen Wiryantoro, Sabtu (23/7). Senjata itu lantas diuji tembak dan dinilai akurasinya.
"Hasilnya, dari 32 pucuk SS-1 yang diujicoba hanya empat yang macet. Ini berarti baik," katanya. Itu berarti, senjata buatan dalam negeri masih sangat layak digunakan untuk medan berat dan situasi pedalaman hutan seperti gerilya.
"Uji senjata dilakukan oleh personel dari Kopassus dengan sengaja tidak membersihkan senjata selama satu bulan selama di pedalaman hutan," ujar Kadispen TNI AD Brigjen Wiryantoro, Sabtu (23/7). Senjata itu lantas diuji tembak dan dinilai akurasinya.
"Hasilnya, dari 32 pucuk SS-1 yang diujicoba hanya empat yang macet. Ini berarti baik," katanya. Itu berarti, senjata buatan dalam negeri masih sangat layak digunakan untuk medan berat dan situasi pedalaman hutan seperti gerilya.
SS1 adalah singkatan dari Senapan Serbu 1, senapan serbu yang banyak digunakan oleh TNI dan POLRI. Senapan ini diproduksi oleh PT. Pindad Bandung, berdasarkan senapan FN FNC dengan lisensi dari perusahaan senjata Fabrique Nationale (FN), Belgia.
Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4,01 kg. Senapan ini bersama-sama dengan M16, Steyr AUG dan AK-47 menjadi senapan standar TNI dan POLRI, tapi karena diproduksi di Indonesia, senapan ini paling banyak digunakan.
SS-1 diproduksi dalam 2 konfigurasi utama, yaitu senapan standard dan karabin pendek. Versi senapan standar disebut SS1-V1 (FNC "Standard" Model 2000) dan karabin disebut SS1-V2 (FNC "Short" Model 7000). Kedua varian diatas dilengkapi dengan laras yang berisi pelintiran tembakan tangan kanan sepanjang 178 mm (untuk stabilisasi mengantisipasi peluru SS109 belgia yang lebih berat).
Menurut Wiryantoro, uji coba senjata itu memang direncanakan untuk mengukur kualitas senjata lokal. "Supaya kita bisa melakukan penilaian yang akurat. Karena itu memang sengaja tidak dibersihkan seakan-akan dalam situasi gerilya," katanya.
Seluruh tim eksepedisi bukit barisan tersebar ke tujuh wilayah ekspedisi yaitu Gunung Leuser (Aceh), Gunung Sinabung (Sumut), Gunung Singgalang (Sumbar), Gunung Kerinci (Jambi), Gunung Seblat (Bengkulu), Gunung Dempo (Sumsel), Gunung Tanggamus di Lampung.
Selama pelaksanaan kegiatan ekspedisi ini, Tim Flora-fauna telah berhasil menemukan sejumlah 8 spesies baru terdiri tiga flora seperti jenis Impatiens sp1/pacar air di pantai cermin Surian Solok selatan" Sumbar, jenis Impatiens sp2/pacar air di Paninggahan danau singkarak Solok Sumbar,jenis Impatiens sp3/pacar air di Sijunjung Sumbar.
Juga lima fauna seperti kodok jenis Microhylasp,Philatus sp1,Philatus sp2,Philatus sp3, lalat jenis Drosophila, yang seluruhnya ditemukan di GunungTujuh Kerinci Jambi,serta menemukan dua jenis fauna langka seperti Kucing Emas (Golden cat)di Gunung Dempo Sumatera Selatan serta Burung Ciung Mungkal (CochoaBeccarii) di Gunung Singgalang Sumatera Barat.
Rencananya, hasil ekspedisi ini akan dibukukan dan diterbitkan oleh penerbit group Jawa Pos JP Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar