JAKARTA – Alokasi anggaran TNI yang rendah pada APBN Perubahan 2011 dikhawatirkan mengganggu pencapaian program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).
Sebab, untuk mencapai MEF, idealnya dibutuhkan dana Rp11 triliun pada 2011.Namun, nyatanya hanya terpenuhi sekitar Rp4,3 triliun. Pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjajanto menyatakan pesimistis realisasi belanja MEF TNI dapat tercapai sesuai target pada 2024.
“Kalau tren ini berlanjut,maka program itu sulit tercapai,” tegas Andi di Jakarta kemarin. Kondisi ini memaksa pemerintah pada periode selepas 2014 harus membuat rumusan ulang untuk MEF agar program penguatan pertahanan inidapat terwujud sesuai target.
“Masa pemerintah Presiden SBY periode pertama dan kedua tidak ada perencanaan anggaran yang terpenuhi,”paparnya. Menurut Andi, ada tiga hal yang bisa ditempuh untuk mencapai target MEF,yakni mengurangi besaran postur MEF,memperpanjang jangka waktu pencapaian MEF selama 5–10 tahun menjadi 2029 atau 2034.“Atau, kalau mau optimistis,alokasi belanja diperbesar,”ungkapnya.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, minimnya alokasi membuat Kemhan mengambil kebijakan tidak berbelanja alat utama sistem senjata (alutsista) dari luar negeri.Alokasi untuk MEF mayoritas akan diperuntukkan bagi biaya pengadaan alutsista dari dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar