airforce-technology.com |
Jakarta (ANTARA News) - Sekarang masanya aliansi dengan negara maju dalam bidang apa saja. Indonesia juga akan menempuh aliansi industri pertahanan itu dengan tiga negara Eropa anggota NATO, yaitu Spanyol, Jerman, dan Perancis.
Ketiga negara itu --sangat jelas-- bukan negara kemarin
sore dalam rancang bangun persenjataan; mereka sudah ratusan tahun
mengembangkan basis teknologi persenjataan masing-masing. Tidak ada
istilah jalan pintas alias short cut.
Spanyol
ternama soal persenjataan ringan dan pesawat terbang transport, Jerman
soal persenjataan infantri, meriam, dan teknologi metalurgi dan
material.
Mandiri adalah motto ringkas Perancis dalam
pertahanan negaranya. Simak performansi senapan 5,56 milimeter F1 FAMAS,
seri-seri Mirage dan C01 Rafale, hingga kapal induk serang kelas Mistral dan Ouragan. Ingat MM-40 Blok 3 Exocet? Itu buatan Perancis dan kita beli juga seri awalnya karena jauh lebih murah.
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, sesaat
sebelum memulai kunjungannya ke Eropa, Senin, mengatakan kerja sama
Indonesia secara bilateral dengan masing-masing ketiga negara itu telah
lama terjalin.
"Namun, Indonesia ingin memantapkan kembali bentuk kerja sama itu
kearah produksi dan pemasaran bersama sehingga dapat mendukung
kemandirian industri pertahanan nasional," katanya.
Contohnya jelas, PT Dirgantara Indonesia telah menjalin kerja sama
dengan CASA Spanyol yang kini bernama European Aeronatic Defense and
Space Company (EADS), sebuah perusahaan dirgantara besar Eropa. Yang
paling jelas adalah pembuatan NC-212 Aviocar (kini C-212 seri 200) dan CN-235.
Kini
hal itu akan dikembangkan dalam pembuatan pesawat transportasi ringan
C-295, yang dikembangkan dari basis CN-235 itu. Dengan sejumlah
perkuatan struktur, mesin, dan sistem pendaratannya, maka C-295 bisa
diubah menjadi pesawat peringatan dini dan dipasangi radome laiknya EC-3
Sentry atau Hawkeye.
"C-295 ini memiliki kapabilitas dan kapasitas melebihi CN-235.
Nah... kita ingin jajaki kemungkinan produksi bersama, pemasaran bersama
dan investasi bersama antara Indonesia dengan Spanyol, Jerman, Prancis
yang terlibat dalam EADS," katanya.
Sjafrie mengemukakan pada kesepakatan awal PT DI memperoleh porsi 40
persen untuk kandungan setempat komponen pesawat tersebut.
Ngomong-ngomong, PT DI sudah lama mendapat kontrat pengadaan komponen flap dan slat Airbus A-330 dari Airbus Industrie.
Artinya,
kualitas buatan Indonesia itu diakui dunia namun pemerintah agaknya
tidak mau memfokuskan pembangunan industri strategis yang berperan vital
itu. Dengan begitu, para insinyur andal Indonesia tidak harus
berkelana ke mana-mana sampai-sampai yang mengambil manfaat keahlian
mereka adalah negara pesaing belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar