CN-235 (Airliners.net) |
JAKARTA, KOMPAS.com — PT Dirgantara Indonesia kini tengah menanti keputusan Kementerian Keuangan atas permintaan mereka terkait penyelesaian utang penerus pinjaman utang luar negeri (SLA) dan pinjaman dari rekening dana investasi (RDI) dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) bukan tunai atau noncash.
Permohonan PMN nontunai ini diharapkan akan menyentuh angka Rp 3,8 triliun pada tahun 2011. Demikian
isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 yang
diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011). Dokumen ini secara resmi
telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR
di Jakarta pada 8 September 2011.
Seperti tertera dalam paparan
dokumen tersebut di halaman 17 diketahui bahwa usul PMN nontunai itu
dibagi atas dua bagian. Pertama, konversi utang (SLA dan RDI) menjadi
PMN senilai Rp 1,41 triliun. Kedua, pengesahan penyertaan modal
sementara senilai Rp 2,38 triliun. Langkah kedua ini diharapkan akan
memperbaiki kondisi ekuitas perusahaan yang memang tengah tertekan
senilai Rp 436 miliar dari revaluasi aset tanah dan selisih nilai PMN
dana talangan tahap II senilai Rp 18 miliar.
Pengajuan PMN
nontunai ini dilakukan sebagai bagian dari upaya PT DI menyehatkan
kembali neracanya yang diwarnai ekuitas negatif hingga Rp 707 miliar
tahun 2010. Dengan adanya PMN nontunai ini, diharapkan akan mendongkrak
nilai ekuitasnya menjadi positif Rp 1,191 triliun tahun 2011.
PT
DI terjebak dalam kondisi neraca yang berekuitas negatif akibat adanya
kewajiban utang lama dalam bentuk SLA dan RDI. Utang-utang itu sebagian
besar digunakan untuk mengembangkan PT DI pada periode tahun 1983-1993.
Selain itu, masih ada utang dana talangan yang digunakan untuk
merestrukturisasi sumber daya manusia pada tahun 2003-2004.
Saat
ini PT DI juga tengah mengajukan PMN dalam bentuk tunai senilai Rp 675
miliar kepada DPR. Namun, langkah ini dimintakan untuk menyehatkan
posisi kas yang defisit. Tanpa suntikan PMN tunai ini, PT DI
dikhawatirkan tidak bisa bertahan pada tahun 2011 karena ada kekurangan
uang tunai sebesar Rp 675 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar