Jurnas.com | PASAR alat utama sistem senjata (alutsista) di
kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi
diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau
menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan
oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat
Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista
ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per
tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota
kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa
(13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu
hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional,
baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni
Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti
Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli
komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan
menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia.
"Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan
pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar