KBR68H –
Apakah Anda tahu kekuatan ampuh apa yang ada dibalik pertahanan
Indonesia? Senjata, pesawat tempur atau rudal? Ya itu betul! Tapi ada
yang lebih penting lagi. Pertahanan negara yang kuat dan mumpumi harus
pula dibekali dengan penelitian yang mendalam dan kredibel.
Bayangkan bila tak ada penelitian
ataupun bekal yang kuat, bagaimana bisa mempertahankan suatu negara dari
ancaman dan gangguan yang bisa memecah belah pertahanan negara? Baik
yang datang dari dalam maupun luar. Nah di sinilah peran dan tugas Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan yang
biasa disingkat Balitbang Kemhan bekerja.
Sekretaris Balitbang
Kementerian Pertahanan Sasmitono mengatakan pengembangan pertahanan
Indonesia menjadi tugas organisasinya. “Bisa dikatakan otak pertahanan
negara,” katanya. Dalam kerjanya Balitbang Kemenhan juga melibatkan
Perguruan Tinggi dan lembaga terkait. “Ada UGM, UI, dan BUMN, PT Pindad,
PT Dirgantara Indonesia,” ujar Sasmitono.
Setiap tahunnya selalu ada penelitian
dan evaluasi terhadap Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan).
Hasilnya diserahkan kepada BUMN untuk diproduksi massal. “Biaya
penelitian ini sangat mahal,” cerita Sasmitono. Tahun ini Kementerian
Pertahanan mendapatkan anggaran Rp. 78 miliar lebih untuk melaksanakan
penelitian yang berkaitan dengan pertahanan negara.
Dengan dana yang
terbatas tersebut setiap penelitian menganut prisip prioritas. “mana
yang butuh modernisasi cepat dan lebih penting diteliti,” ujar
Sasmitono. Di tahun anggaran 2012 meski anggaran penelitiannya meningkat
tapi dana itu belum lah ideal. “2012, kita dapat 143, 8 miliar,”.
Oleh
sebab itu digalang kerjasama dengan negara tetangga. Misalnya Korea
Selatan untuk pengadaan pesawat tempur. Pada tahap ini ada tiga bagian
kerjasama, yakni; teknology & development based, engineering & manufacturing based, production based. “Kinerja Balitbang berada di tahap 1 dan 2,” kata Sasmitono.
Kementerian Pertahanan sudah mengirimkan
tenaga pendidik ke Korea Selatan terkait kerjasama tersebut. Tugas
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan tak
berhenti disitu saja. Balitbang juga turut meneliti, memantau dan
mengamankan pulau-pulau terluar. “Fokusnya pada 12 pulau terluar,”
ungkap Sasmitono.
Misalnya, Pulau Rote yang dekat dengan
Australia, Miangas dan Rondo. Ada pos penjagaan dan penempatan personil
di pulau-pulau terluar tersebut. “Dari TNI AL dan AD, tiap 3 bulan di rolling,”
katanya. Sasmitono bercerita di pulau-pulau terluar itu kondisinya
sangat minim. Tak ada air dan tanah tandus. Tapi bukan berarti tak
diminati untuk dihuni. “Jangan sampai pulau terluar kita dihuni orang
lain,” tegas Sasmitono.
Penelitian Alusista Buatan Dalam Negeri
Sejumlah negara tetangga makin melirik
Indonesia untuk memasok kebutuhan persenjataan mereka. Sebut saja Brunei
yang tertarik dengan senapan serbu varian dua (SS-V2) buatan PT Pindad.
Tank yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Libanon juga buatan
produk Indonesia.
Produk persenjataan buatan Indonesia mulai bisa
bersaing dengan negara lain seiring dengan penelitian dan evaluasi yang
dilakukan Balitbang Kemenhan setiap tahunnya. “Teknologi dipelajari
kemudian dikembangkan dan produksi,” tutur Sekretaris Balitbang
Kementerian Pertahanan Sasmitono.
Tak hanya PT Pindad ada juga PT PAL
dan PT Dirgantara Indonesia yang turut memproduksi Alutsista untuk
kebutuhan nasional maupun ekspor. Balitbang Kementerian Pertahanan juga
mendidik Sumber Daya Manusia yang ada supaya tidak gagap teknologi dan
bisa mengembangkan teknologi pertahanan yang ada menjadi lebih modern
dan canggih. “Ada pelatihan bersama dengan negara lain atau
menyekolahkan mereka di LIPI,” tutup Sasmitono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar